Ini Medan Bung

Medan adalah kota yang unik, itulah kesimpulan teman saya Jimmy begitu menginjakkan kakinya di terminal bus ALS Medan. Medan seperti halnya Jakarta adalah kota yang bersuhu pantas, dan siang itu Medan sungguh sangat gerah.

Berniat mencari minuman air mineral dingin, beberapa calo telah menguntit di belakang, dengan pertanyaan standart, "Mau kemana Lae?"
Kita sedang tidak terburu-buru, tapi cara mereka mengajak berangkat seolah itu adalah trip terakhir taksi yang hendak berangkat.

Hari ini kita hendak menemui teman lama untuk urusan bisnis jengkol. ;) Teman yang berkediaman di pinggir kota Medan, tepatnya Tembung. Saya tidak yakin Tembung bisa disebut Medan atau tidak, sama halnya Helvetia itu medan atau tidak?

Setelah selesai melepas dahaga, kami pun beranjak. Jimmy menenteng tas yang lumayan berat, kebetulan dia itu "anak buahku" yang "patuh", paling tidak untuk saat itu. Dan tidak heran.. Beberapa calo masih menguntit dan terus bertanya, "Mau kemana Lae?" Dan kali ini agak memaksa. Calo calo itu semakin banyak saja. Sepintas lalu seolah mereka segerombolan Heyna yang hendak merebut sarapan pagi Singa di padang rumput. Ada pertarungan mental, menerka-nerka moral, apakah Singa punya keberanian menghadapi sekawanan Heyna yang kekuatan gigitannya melebihi 5 ton.

Jimmy mulai terusik, dan mulai mengubah dialek menjadi batak, "Sudah kubilang lae, aku bisa jalan sendiri, jangan kau ikutilah, palak kali aku, melihat tampang kau itu". Kata jimmy dengan dongkol. "Lama lama nanti kalian aku tumbuk satu persatu." Jimmy meluapkan emosinya.

Tapi, dasar calo, mereka sudah biasa diomelin, tetap saja mengikuti terus hingga keluar terminal Tanjung Morawa. Kita berniat naik angkutan umum dari pada naik taksi abal abal.
Inilah medan yang tidak berubah sejak sepuluh tahun silam terakhir kali aku menginjak kota Medan. Sebuah slogan terkenal, "Ini Medan Bung!!", cukup menjelaskan Medan kota "Laki laki".

Jimmy yang bertubuh kekar merogoh kantongnya, berniat membayar ongkos angkutan kota. Tapi wajahnya tiba tiba merah padam mengetahui dompetnya tidak berada di kantong. Dia kecopetan!
Share on Google Plus

About Nilton

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 Comment/s:

Post a Comment

Jika ada masukan, silahkan ketik di bawah ini. Apa yang saya anggap benar sering kali ternyata salah. Kebaikan buat saya untuk tahu kebenaran dalam versi anda.